Kaderisasi. Pesantren ini bukan milik kita, bukan milik kamu, dan bukan milik siapapun. Tapi milik umat. Titipan umat. Masa depan umat. Keberlangsungannya merupakan harapan umat. Siapa yang bakal memperjuangkannya? Asatidz yang ada di sini rata-rata dari jauh yang bertujuan untuk membangun kesinambungan pesantren dengan kaderisasi dari berbagai aspek. Baik akademis, nilai-nilai, dll. Alumni yang rata-rata dari sabang, selama menjadi santri tentunya telah banyak menimba ilmu serta menempa getir pahit kehidupan di pondok. Apalagi selama di pondok ditanamkan rasa memiliki pondok dan memperjuangkannya (anshar ma’had) dan menggantikan ustadz-ustadznya yang datang dari jauh bukan penduduk asli. Syukur-syukur ada yang mau mengabdikan diri di Sabang. Saat mengabdi alumni diposisikan sebagai kader bukan hanya sebagai tenaga pengajar sekedarnya yang dibayar. Ini berarti mereka akan dididik, dibina dan ditempa, serta dievaluasi, ditegur, dimarahi dan diingatkan untuk membentuk kader yang menguasai permasalahan serta mempunyai daya juang, daya suai dan daya resistansi. Dan harapannya, mereka bukan hanya sebagai kader pondok tapi juga kader umat.
Motivasi. Memotivasi para santri lain yang bercita-cita menjadi ustadz/ah serta menjadikan mereka contoh alumni yang baik bagi adik-adik kelasnya. Selama ini ngefect.
Kristalisasi nilai. Ini yang sering disebutkan oleh kyai. Memang tidak hanya cukup 6 tahun untuk menghayati pondok dan memahami nilai-nilainya. Dengan mengabdi, alumni diharapkan dapat terjun langsung dengan berbagai penugasan secara langsung dengan diawasi serta dievaluasi sehingga nilai-nilai pondok benar-benar telah mengkristal di dalam jiwanya. Dan harapannya senantiasa dipegang meski sudah tidak di pondok lagi. Kasus yang banyak terjadi setelah keluar dari pondok kebanyakan para alumni berubah dan meninggalkan nilai-nilai yang ditanamkan sejak menjadi santri. Meskipun, itu manusiawi sebagai manusia. Apalagi masih dalam tahap pancaroba.
Jubir Pondok. Banyak isu dan kritik yang menerpa pondok, dan ini wajar. Namun kebanyakan kritik yang ada tidak membangun. Justru menghancurkan. Maka mereka ini diharapkan dapat menjadi jubir yang dapat menyampaikan hal-hal tentang pondok apa adanya selaku alumni dan tenaga pendidik sekaligus mengenalkan pondok pada masyarakat.
Barometer kualitas alumni. Dengan alumni yang mengabdi kita jadi tahu hasil didikan Pesantren selama ini. Untuk kemudian dievaluasi, dan diperbaiki sesuai dengan visi dan misi yang ada.
Menjaga dan membantu alumni. Bagi mereka yang sudah terbiasa berinteraksi di luar tentunya lingkungan akan membawa mereka. Dengan di dalam pesantren, mereka terkondisikan dan terselamatkan. Syukur2 dengan adanya “ihsan” mereka terbantu secara ekonomi dan bisa hidup mandiri.
Mewujudkan perguruan tinggi. Apa yang didapatkan selama jadi santri tentunya belum cukup perlu ada kelanjutannya. Pesantren ke depan harusnya memiliki institusi perguruan tinggi yang menyambung tongkat estafet pembelajaran dan pendidikan para santri dan alumninya. Alumni yang mengabdi inilah yang diutamakan untuk menjadi mahasiswanya....
bagus kan? ayo komen
0 Komentar