Nanda Tri Pratama, Peraih NilaiTertinggi Ujian Pesantren
Akhi dan ukhti Jurnal Al-Mujaddid (JM)!
Pada rubrik Uswah yang pertama ini, kita akan coba untuk mengenalkan pada antum semua, sosok akhi kita yang mempunyai banyak prestasi, baik dalam bidang akademis dan non-akademis. Tentunya antum pasti mengenalnya dengan baik, karena memang sosoknya yang selalu semangat dalam segala hal. Cara berjalannya pun semangat juang ‘45 lo... Selangkah bagi dia kayaknya 1000 langkah bagi kita. Di sela-sela kesibukannya sebagai piket asrama, Senin (25/02) yang lalu, kru JM mencoba untuk mengulas kehidupan akhi kita yang satu ini, semoga jadi uswah (panutan) bagi kita semua.
Nanda Tripratama, begitulah nama lengkap akhi kita yang satu ini. Putra pertama dari Bapak Zuliadi, PNS di LP Sabang dan Yenlina Fauzi, pedagang, yang kini duduk di kelas 2 SMPI ini berhasil memperoleh rata-rata nilai tertinggi dari seluruh santri PMM pada ujian semester KMI yang lalu, 7,59. Ini merupakan prestasi yang membanggakan, karena pada dasarnya, di Pondok Modern Gontor sebagai sintesa dari sistem KMI ini, rata-rata 7 dapat menghantarkan santri untuk duduk di kelas B atau kelas tertinggi dan sudah masuk dalam kategori jayyid, bahkan bisa jadi jayyid jiddan (very good).
Bagi putra kelahiran Sabang, 15 November 1994 ini, prestasi akademis sudah menjadi hal yang lumrah. Rangking pertama sudah menjadi langganannya sejak kelas 3 SD 07 Sabang. Ketika ditanya tentang pelajaran-pelajaran KMI yang menurut sebagaian anak sulit, ia merasa sudah terbiasa dengan pelajaran KMI karena pernah belajar ketika di SD dulu, seperti Bahasa Arab dan Imla’. “Nanda menyukai pelajaran bahasa, seperti Bahasa Arab, Nahwu, Sharf dan English Course,” jawabnya ketika ditanya pelajaran apa saja yang ia sukai. Sedangkan Berhitung menjadi pelajaran yang paling sulit menurut akhi kita. “Pokoknya, sulit hitung-hitungannya. Lain dengan matematika, kemarin Nanda dapat nilai 9,” selorohnya ketika ditanya kenapa Berhitung menjadi pelajaran tersulit.
Di samping prestasi akademis, akhi kita ini juga jago bermain tenis meja lo. Ia pernah menjuarai turnamen tenis meja antar SD dan SMP. Ditambah lagi, akhi kita ini juga pernah menjuarai lomba hafalan juz amma ketika SD, dan sampai kini pun ia masih terus menambah hafalan Qur’annya.
Mengenai hobi olah raga, ia sangat menyukai tenis meja, bulu tangkis dan bola kaki. Membaca juga merupakan hobinya, ia kini sedang tertarik tentang cerita Nabi Khaidir. Makanan kesukaannya adalah ‘Panggang Baca’, makanan khas masyarakat Sinabang. Kok bisa? “Kakek Nanda asalnya dari Sinabang,” jawabnya singkat. Lainnya, akhi kita ini juga aktif dalam bidang kepramukaan, ia tercatat sebagai skuad The Black Scodet dalam ajang kepramukaan tahunan antar Pesantren se-NAD, LP3 (Lomba Perkemahan Pramuka Penggalang) VII, di Pondok Modern Gontor 10, Seulimeum, Aceh Besar. Akhi kita ini juga berkeinginan untuk meneruskan studi di Gontor. Cita-citanya ingin menjadi profesor di bidang teknik mesin seperti idolanya, Habibi.
Sebagai anak pertama dari lima bersaudara rupanya Nanda—panggilan akrabnya— termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal, khususnya akademis bagi kedua orang tuanya, serta menjadi contoh yang baik bagi keempat adik-adiknya. Makanya ia berpesan pada antum semua untuk belajar dengan baik agar dapat membahagiakan kedua orang tua yang sudah susah payah mencari nafkah untuk anak-anaknya, “Belajar yang rajin! Ingat orang tua susah.” Begitulah pesannya mengakhiri wawancara. (fan-red)
bagus kan? ayo komen
0 Komentar