Lembaga pendidikan Pesantren adalah salah satu pola pendidikan tertua di Indonesia yang didirikan oleh tokoh pendidikan atau ulama-ulama pada masanya. Penekanan pendidikan keagamaan adalah corak khusus pendidikan pesantren. Kehadiran pesantren telah banyak memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan tanah air serta agama. Apalagi di masa kolonial, peran Pesantren telah menorehkan tinta emas dalam memperjuangkan tanah air dari penjajahan, sehingga tidak terhitung jumlah syuhada yang telah meneteskan darah pengorbanannya kepada tanah air. Jelang kemerdekaan sendiri lembaga Pesantren masih harus menghadapi peperangan ideologi dengan komunis sehingga ribuan ulama harus syahid dalam rangka mempertahankan akidah.
Seiring perkembangan dan tuntutan zaman, lembaga pesantren terus tertuntut untuk penyesuaian demi menghadapi tantangan global dimasa yang akan datang. Maka tahun 1926 sejarah mencatat kelahiran Pesantren Modern Darussalam gontor yang memadukan sistem tradisional dan sistem modern dengan bersintesa kepada beberapa sistem pendidikan dunia seperti pendidikan Islam Aligard India, pendidikan Islam al-Azhar Cairo, pendidikan Islam Santiniketan India, dan dll
Pendidikan pesantren merupakan pola totalitas pendidikan bagi santrinya dan seluruh penghuni pesantren sendiri. Sehingga semua santri dan penghuni pesantren menyelami totalitas ma’na pendidikan secara keseluruhan. Kehidupan yang komplek dari keragamaan karakter dan sikap santri dan warga pesantren adalah instrumen pendidikan bagi sesama. Maka seluruh penghuni memiliki peran, tanggungjawab, dan aturan main yang berbeda dalam tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan pendidikan pesantren sesuai dengan visi dan misinya. Maka dalam dalam rubrik singkat ini kami mencoba memaparkan beberapa pertanyaan tentang kepesantrenan darn komplesitas pola pendidikan pesantren.
Mengapa Pesantren membatasi kunjungan bagi walisantri dan masyarakat umum?
Tatanan kehidupan di pesantren laksana sebuah roda yang terus berputar, perputarannya berupa kegiatan yang terencana dan sistematis mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Seluruh santri harus mengikuti setiap kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh bersama pembimbing masing-masing kegiatan. Seluruh satuan kegiatan pesantren bertujuan untuk menciptakan santri mandiri, kreatif, dinamis. Maka tujuan ini akan terganggu bahkan terhenti bila fokus kegiatan diselangi oleh tamu/orang tua yang menjumpai di luar waktu kunjugan, hal ini di pastikan bahwa santri yang dikunjungi akan terganggu fokusnya. Maka hal ini akan berdampak :
Terganggunya kondusifitas kegiatan karena harus terhenti sesaat dan yang terganggu bukan hanya santri yang bersangkutan tetapi seluruh kawan-kawan dalam satuan kegiatan bahkan pengajar/ pelatih/pembina. Timbulnya kecemburuan sosial bagi santri yang jarang dikunjungi, santri yatim atau santri berasal dari luar sabang. Terjadinya kesenjangan sosial yang berdampak pengucilan dari kawan-kawan sehingga si santri merasa tidak diterima lagi oleh teman sejawat sehingga tertekan dan berakibat tidak betah.
Ketidakbetahan santri akan diungkapkan sesuai dengan latarbelakang keluarga. Bagi yang berlatarbelakang keluarga “permisif” maka santri tersebut tinggal bicara bahwa dia tidak betah maka dipastikan orang tua akan mengabulkan. Tetap bagi yang menganut pendidikan keluarga “keras” maka si santri akan mencari cara agar dia bisa dikeluarkan dari Pesantren walau dengan cara-cara yang tidak dibenarkan agar bisa keluar dari Pesantren, contoh: berkelahi, mencuri, merusak aset Pesantren dll. Terganggunya stabilitas keamanan dan kenyamanan karena sulitnya mengidentifikasi tamu yang berkunjung diluar waktu kunjugan. Sehingga timbulnya masalah yang lebih besar. Contoh, ada santriwati yang di jemput oleh teman laki-laki yang mengaku abangnya, datangnya teman dari luar yang memfasilitasi HP, menjadi sarana bagi santri untuk menitipkan beli rokok, bahkan memungkinkan suatu saat memasukan narkoba, dll. Terganggunya disiplin bahasa sehingga terhambatnya pencapaian tujuan pembangunan pendidikan lingkungan berbasis bahasa Arab dan Inggris.
Mengapa Pesantren melarang walisantri/tamu untuk masuk ke kamar santri?
Santri yang belajar di Pesantren berasal dari beragam latarbelakang keluarga, status sosial dan ekonomi. Keragaman ini sering memicu kehilangan-kehilangan barang santri bahkan barang milik walisantri yang barangnya tertinggal di kamar. Secara umum alasan pelarangan kunjungi kamar adalah sebagai berikut:
Alasan keamanan
Alasan kesenjangan antara yang dikunjungi dan tidak dikunjungi
Menafikan unsur pendidikan kemandirian santri dalam mengatur diri dan lingkungan kamar
Mengapa pesantren mengedepankan pendidikan dari pada pengajaran?
Pengajaran hanya bagian terkecil daripada pendidikan karena pengajaran terbatas hanya pada transformasi informasi guru kepada santri dengan metode-metode tertentu. Tetapi pendidikan adalah upaya totalitas pendidik dan lembaga dalam menciptakan lingkungan pendidikan secara keseluruhan yang di dengar, di lihat dan dirasakan harus mengandung nilai pendidikan. Maka upaya ini tidak cukup berbekal profesional prakmatis belaka tapi harus lebih berbekal profesional spiritualis sehingga setiap pendidik tidak hanya tampil dengan semangat pemenuhan tanggungjawab sektoral tapi harus memiliki semangat jaga, semangat juang, dan semangat memperjuangkan Pesantren ini. Maka nilai-nilai inilah sejogyanya harus di transfer kepada santri-santri dan seluruh penghuninya.
Dalam Pesantren tercipta tripusat pendidikan yang terpadu, yaitu pendidikan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pesantren bukan hanya menanamkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan pskomotorik. Pesantren bukan hanya mengasah kecerdasan otak dan keterampilan tangan, tetapi juga kekuatan mental dan kecerdasan spiritual.
Dengan pola pesantren inilah al-Mujaddid sangat konsisten menerapkan disiplin berasrama bagi penghuninya. Asrama penuh dengan program kegiatan pendidikan, bukan sekedar sebagai tempat tidur santri. Dengan sistem asrama, para santri bisa berinteraksi dengan para guru secara lebih efektif dan produktif. Selain itu, santri dapaat sepenuhnya terwarnai oleh program-program pendidikan Pesantren sehingga steril dari pengaruh kultur masyarakat sekitar yang kurang edukatif dan islami. Sistem asrama sangat efektif untuk mendidik santri dalam hal kemandirian, leadership, ukhwah dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang memiliki latarbelakang budaya yang beraneka ragam.
Mengapa Pesantren menerapkan disiplin ketat dan tegas bagi seluruh penghuninya?
Menata kehidupan santri yang beragam karakter, latarbelakang keluarga, juga ragam keinginan memiliki tingkat kompleksitas tersendiri dalam mewujudkan kondisifitas dan kenyamanannya bagi seluruh warga. Pemberlakuan disiplin ketat, tegas dan mendidik adalah bagian dari pendidikan mental Pesantren dalam rangka mewujudkan keadilan dan keseragaman gerak dan tujuan pendidikan. Maka untuk tujuan tersebut Pesantren telah membuat standarisasi tatanan kehidupan mencakup:
Standarisasi dan qualifikasi guru pesantren dan guru umum
Standar regulasi umum dan khusus bagi guru pesantren yang telah berkeluarga dan belum berkeluarga
Standarisasi pembinaan dan sangsi disiplin bagi seluruh santri dan warga pesantren
Mengapa pesantren melarang berbahasa Aceh dan mewajibkan santri untuk berbahasa Arab dan Inggris?
Dalam paradigma Pesantren, bahasa bukan pengetahuan tetapi kunci ilmu pengetahuan sendiri. Maka setiap santri berkewajiban untuk berbahasa Arab sebagai kunci untuk menggali pengetahuan agama Islam dari sumber-sumber otentik dan bahasa Inggris merupakan kunci untuk menggali ilmu-ilmu umum serta menjadi bahasa komunikasi global. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap santri berkewajiban menghafal kosakata Arab dan inggris diluar kegiatan belajar mengajar. Setiap hari santri harus membuat karangan bahasa Arab dan Inggris. Setiap santri dipersilakan untuk mengikuti kursus-kursus tambahan bahasa Arab dan Inggris, setiap santri dipersilakan untuk mendalami bahasa melalui laboratorium bahasa, dll. Namun kendala optimalisasi penerapan bahasa yang selama ini terjadi adalah:
Ketergantugan santri pada bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh intensistas temu dan interaksi dengan orang tua/keluarga, interaksi serta teman-teman luar. Lemahnya kemampuan dasar santri. Tercatat, masih ada santri yang belum lancar bahasa Indonesia, dominasi santri yang masuk pesantren dengan kemampuan membaca al-Quran yang lemah sehingga berimbas pada kemampuan berbahasa Arab. Demikian juga, ada santri yang belum lancar baca tulis bahasa latin.
Mengapa Pesantren memberlakukan piket kebersihan dari santrinya?
Allah swt berfirman bahwa tidak ada yang sia-sia dari apa yang telah diciptakanNya. Terkait dengan pendidikan Pesantren khususnya dalam mendidik arti kemandirian dibutuhkan sarana-sarana, maka salah satu sarana pendidikan mental kemandirian dan pendidikan sense of belonging diantaranya adalah sampah. Maka setiap santri memiliki tugas yang sama untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tertanam rasa cinta kebersihan dan rasa memiliki Pesantren. Bila terkait dengan UUD HAM anak, Pesantren tidak memperkerjakan anak untuk kepentingan individu karena kenyataannya adalah santri bekerja lapangan bersama asatiz untuk kepentingan pendidikan mental kemandirian santri. Maka sengaja pesantren tidak mempekerjakan cleaning service untuk wilayah kamar dan asrama demi prinsip pendidikan dan keamanan asrama.
Mengapa Pesantren tidak prioritas rekrutmen guru/pengasuh dari masyarakat Sabang?
Pendidikan Pesantren adalah miniatur tatanan kehidupan di masyarakat secara keseluruhan. Totalitas pendidikan membutuhkan guru yang memiliki integritas tinggi, sehingga semua Asatiz/guru harus siap mengawal, mengawasi, membina dan melatih setiap kegiatan internal Pesantren terdiri dari: mengajar, pengasuh asrama, imam shalat, penyampai kosakata, pelatih kesenian dan ketrampilan, menjadi contoh teladan bagi seluruh santri, dll. Kalau dirinci qualifikasi asatiz/guru yang dibutuhkan Pesantren adalah sebagai berikut:
a. Kesiapan untuk tinggal diasrama, mengawal dan mengasuh santri selama 24 jam
b. Memenuhi jam kerja pokok mulai jam 5.00 – 23. 00 wib dan tidak ada hari libur
c. Menguasai bahasa Arab dan Bahasa Inggris aktif
d. Siap mengedepankan kepentingan Pesantren daripada kepentingan pribadi/keluarga.
e. Tidak diberikan honor atau akomudasi tambahan selain honour per-bulan walau diberikan tugas vital sekalipun.
Maka unsur profesional pragmatis belaka agan gugur bila ditemukan dengan pendidikan Pesantren karena di Pesantren guru mapel umum juga dituntut harus mampu komunikasi bahasa Arab dan Inggris serta mampu menjadi imam atau khatib, guru Pesantren harus juga menguasai perlistrikan dan perairan, guru Pesantren juga harus menguasai tehnologi IT, guru Pesantren harus menguasai beragam keterampilan. dll. Untuk hari ini, Pesantren mulai merekrut tenaga pengasuh dari putra-putri Sabang yang memiliki latarbelakang pengalaman pendidikan Pesantren. Rekrutmen ini hanya bertujuan kaderisasi kelembagaan demi kesinambungan pendidikan Pesantren.
Mengapa Pesantren mewajibkan santrinya berolahraga?
Salah satu tujuan pendidikan Pesantren adalah kaderisasi pemimpin umat yang siap terjun ke segala medan. Maka membutuhkan kesehatan lahir dan batin, kesehatan batin di peroleh dengan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup yang beragam, persahabatan yang luas dan luwes. Sementara kesehatan lahir harus dengan olahraga yang rutin dan teratur. Unsur pendidikan ini sudah tertuang dalam motto Pesantren: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas.
Mengapa Pesantren melarang santri melarang belanja di luar kampus?
Tatanan kehidupan di luar kampus sangat jauh berbeda dengan kehidupan di dalam pesantren yang selalu terawasi dan terevaluasi. Bila kehidupan luar di bawa kedalam Pesantren sangatlah berbahaya dan bisa merusak tatanan. Contoh, santri yang belanja di luar kampus tidak menutup kemungkinan belanjaanya berupa rokok dan bisa dibagi-bagikan kepada kawan-kawan sekamar maka jadilah perokok semua. Untuk mengantisipasinya Pesantren melarang santrinya untuk belanja di luar kampus.
Salah satu tujuan penting pendirian koperasi pelajar adalah untuk media pendidikan santri. Di koperasi santri hanya di layani dengan bahasa Arab dan Inggris. Koperasi hanya di buka pada jam-jam tertentu agar melatih santri belajar mengatur waktu dan melatih kebutuhan biologis agar tidak konsumtif.
Mengapa Pesantren tidak meliburkan santri pada hari-hari libur?
Pendidikan paling efektif untuk membangun karakter santri yang kreatif, dinamis dan agamis adalah santri dengan umur 12 tahun- 17 tahun. Dalam tahun-tahun ini santri di didik dalam totalitas kehidupannya karena bila melewati 17 tahun secara psikis dan biologis sifat-sifat kreatif dan dinamis sudah terkontaminasi dengan hal-hal negatif di lingkungannya. Dalam paradigma agama, kekosongan kegiatan adalah bencana bagi manusia sebagaimana termaktub dalam surah al-insyarah. Maka Pesantren terus memacu pendidikan tanpa kenal hari libur, apalagi hari libur umat agama lain.
Mengapa di Pesantren ada santri yang betah dan santri yang tidak betah?
Setiap santri layaknya manusia pada umumnya yang ingin lepas dari aturan-aturan yang mengikat kebebasannya. Tatanan kehidupan di Pesantren adalah miniatur kehidupan sosial kemasyarakatan yang tertata dalam ranah pendidikan yang terencana dan terprogram mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Pembatasan sarana elektronik dan media-media yang bisa merusak fikiran santri untuk fokus dalam Pesantren. Tatanan kehidupan diatur dengan aturan baku dalam pola pendekatan program, dan pendekatan disiplin yang ketat dan tegas. Sehingga kesalahan kecil apapun selalu diawasi, dingatkan, dinasehati, diarahkan hingga tahapan sangsi-sangsi. Diantara sebab-sebab santri yang betah adalah sebagai berikut:
Sudah berhasil melewati masa transisi 1 tahun pertama
Sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan Pesantren
Sudah mampu memahami arah, misi dan visi Pesantren
Sudah mampu melepas ketergantungan dengan rumah/keluarga
Adapun beberapa sebab-sebab santri tidak betah :
Dominan ketergantungan dengan rumah/keluarga. Belum mampu adabtasi dengan kegiatan dan disiplin Pesantren hingga berimplikasi : sakit-sakitan, lemah, lesu, mencari kekurangan pesantren untuk menguatkan keinginan pindah sekolah, mengkambing hitamkan kawan sekamar untuk menguatkan keinginan pindah.
Kesenjangan sosial
Solidaritas kepada kawan yang telah pindah
Alasan kesehatan
Dll.
Mengapa Pesantren merekrut guru Pengabdian dari Gontor?
Roda Pendidikan Pesantren di jalankan dalam keseluruhan waktu dalam kesehariannya. Seluruh kegiatan harus mengandung pendidikan bagi santri. Usia santri adalah masa-masa produktif dan dinamis maka dibutuhkan pengawalan oleh tenaga-tenaga muda yang masih “pure” dari fikiran luar pesantren. Sehingga tenaga ini bisa fokus dalam mengawal seluruh kegiatan mulai pagi hingga malam hari dan berlangsung selama satu semester tanpa ada hari libur karena hari minggu sendiri diisi dengan kegiatan yang edukatif.
Pesantren juga telah merekrut tenaga dari putra-putri Sabang yang dianggap mampu untuk memaknai tinggal di pesantren berarti kesiapan untuk mengabdikan diri sepenuhnya bagi pesantren dengan menomerduakan kepentingan pribadi. Adalah harapan besar pesantren sendiri dimana lembaga Pesantren ini kelak bisa dikelola oleh putra daerah tentunya setelah dinyatakan siap, maka dari awal pengelolaan, pesantren telah mengkaderkan beberapa putra Sabang untuk menikmati pendidikan di Gontor dengan harapan kelak bisa terjun langsung dalam pengelolaan Pesantren al-Mujaddid.
Mulai tahun ini Pesantren juga telah merekrut tenaga pengabdian dari al-Mujaddid sendiri dalam rangka kaderisasi. Maka tenaga pengabdian sesungguhnya juga dalam bimbingan, pengarahan dan evaluasi dari berbagai kegiatan, seperti pembelajaran, pengasuhan asrama, pamong kegiatan ekstrakurikuler, pengajian, membantu unit usaha pesantren dll. Semua penugasan ini adalah pendidikan sekaligus ujian bagi pengabdian mereka. Ketika saatnya mereka siap untuk diberikan seluruh tugas-tugas pesantren yang membutuhkan kesiapan mental yang prima dan di dukung oleh pemahaman komprehensif dan mendalam tentang dinamika kehidupan pesantren.
Mengapa Pesantren membuka unit usaha mandiri?
Sesuai visi dan misi serta falsafah hidup, pendidikan Pesantren harus mengarah kepada pendidikan kemandirian secarah menyeluruh. Semua unit usaha harus edukatif oriented semata bukan profit oriented yang bisa meruntuhkan nilai-nilai dan falsafah hidup Pesantren sebagaimana tertuang dalam panca jiwa dan mottonya. Salah satu pondasi pesantren adalah kemandirian mencakup kemandirian individu, cara perfikir, dan kelembagaan. Kemandirian individu ditunjukan dengan ke tekunan, konsistensi, resistensi dari tekanan, kemantangan emosi dll. Kemandirian lembaga ditunjukan melalui kemandirian ekonomi sebagai penopang lembaga bukan untuk memenuhi kesejahteraan anggota belaka. Maka di pesantren tidak diberlakukan honor bagi penanggungjawab unit usaha karena semua ditangani oleh ustaz-ustazah dan sebagai media pembelajaran bagi semua penghuni pesantren.
Seluruh unit usaha harus bermuatan nilai pendidikan, menjadi ladang amal bagi seluruh pengelola dan konsumen karena seluruh keuntungan tidak untuk di nikmati pribadi tetapi menjadi hak lembaga. Kedepan, seluruh unit usaha ini akan di kelola oleh santri kelas enam (3 SMA) sebagai sarana pembelajaran langsung tentang pengelolaan perekenomian dan sarana pendidikan mental.
Ketidakbetahan santri akan diungkapkan sesuai dengan latarbelakang keluarga. Bagi yang berlatarbelakang keluarga “permisif” maka santri tersebut tinggal bicara bahwa dia tidak betah maka dipastikan orang tua akan mengabulkan. Tetap bagi yang menganut pendidikan keluarga “keras” maka si santri akan mencari cara agar dia bisa dikeluarkan dari Pesantren walau dengan cara-cara yang tidak dibenarkan agar bisa keluar dari Pesantren, contoh: berkelahi, mencuri, merusak aset Pesantren dll. Terganggunya stabilitas keamanan dan kenyamanan karena sulitnya mengidentifikasi tamu yang berkunjung diluar waktu kunjugan. Sehingga timbulnya masalah yang lebih besar. Contoh, ada santriwati yang di jemput oleh teman laki-laki yang mengaku abangnya, datangnya teman dari luar yang memfasilitasi HP, menjadi sarana bagi santri untuk menitipkan beli rokok, bahkan memungkinkan suatu saat memasukan narkoba, dll. Terganggunya disiplin bahasa sehingga terhambatnya pencapaian tujuan pembangunan pendidikan lingkungan berbasis bahasa Arab dan Inggris.
Mengapa Pesantren melarang walisantri/tamu untuk masuk ke kamar santri?
Santri yang belajar di Pesantren berasal dari beragam latarbelakang keluarga, status sosial dan ekonomi. Keragaman ini sering memicu kehilangan-kehilangan barang santri bahkan barang milik walisantri yang barangnya tertinggal di kamar. Secara umum alasan pelarangan kunjungi kamar adalah sebagai berikut:
Alasan keamanan
Alasan kesenjangan antara yang dikunjungi dan tidak dikunjungi
Menafikan unsur pendidikan kemandirian santri dalam mengatur diri dan lingkungan kamar
Mengapa pesantren mengedepankan pendidikan dari pada pengajaran?
Pengajaran hanya bagian terkecil daripada pendidikan karena pengajaran terbatas hanya pada transformasi informasi guru kepada santri dengan metode-metode tertentu. Tetapi pendidikan adalah upaya totalitas pendidik dan lembaga dalam menciptakan lingkungan pendidikan secara keseluruhan yang di dengar, di lihat dan dirasakan harus mengandung nilai pendidikan. Maka upaya ini tidak cukup berbekal profesional prakmatis belaka tapi harus lebih berbekal profesional spiritualis sehingga setiap pendidik tidak hanya tampil dengan semangat pemenuhan tanggungjawab sektoral tapi harus memiliki semangat jaga, semangat juang, dan semangat memperjuangkan Pesantren ini. Maka nilai-nilai inilah sejogyanya harus di transfer kepada santri-santri dan seluruh penghuninya.
Dalam Pesantren tercipta tripusat pendidikan yang terpadu, yaitu pendidikan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pesantren bukan hanya menanamkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan pskomotorik. Pesantren bukan hanya mengasah kecerdasan otak dan keterampilan tangan, tetapi juga kekuatan mental dan kecerdasan spiritual.
Dengan pola pesantren inilah al-Mujaddid sangat konsisten menerapkan disiplin berasrama bagi penghuninya. Asrama penuh dengan program kegiatan pendidikan, bukan sekedar sebagai tempat tidur santri. Dengan sistem asrama, para santri bisa berinteraksi dengan para guru secara lebih efektif dan produktif. Selain itu, santri dapaat sepenuhnya terwarnai oleh program-program pendidikan Pesantren sehingga steril dari pengaruh kultur masyarakat sekitar yang kurang edukatif dan islami. Sistem asrama sangat efektif untuk mendidik santri dalam hal kemandirian, leadership, ukhwah dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang memiliki latarbelakang budaya yang beraneka ragam.
Mengapa Pesantren menerapkan disiplin ketat dan tegas bagi seluruh penghuninya?
Menata kehidupan santri yang beragam karakter, latarbelakang keluarga, juga ragam keinginan memiliki tingkat kompleksitas tersendiri dalam mewujudkan kondisifitas dan kenyamanannya bagi seluruh warga. Pemberlakuan disiplin ketat, tegas dan mendidik adalah bagian dari pendidikan mental Pesantren dalam rangka mewujudkan keadilan dan keseragaman gerak dan tujuan pendidikan. Maka untuk tujuan tersebut Pesantren telah membuat standarisasi tatanan kehidupan mencakup:
Standarisasi dan qualifikasi guru pesantren dan guru umum
Standar regulasi umum dan khusus bagi guru pesantren yang telah berkeluarga dan belum berkeluarga
Standarisasi pembinaan dan sangsi disiplin bagi seluruh santri dan warga pesantren
Mengapa pesantren melarang berbahasa Aceh dan mewajibkan santri untuk berbahasa Arab dan Inggris?
Dalam paradigma Pesantren, bahasa bukan pengetahuan tetapi kunci ilmu pengetahuan sendiri. Maka setiap santri berkewajiban untuk berbahasa Arab sebagai kunci untuk menggali pengetahuan agama Islam dari sumber-sumber otentik dan bahasa Inggris merupakan kunci untuk menggali ilmu-ilmu umum serta menjadi bahasa komunikasi global. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap santri berkewajiban menghafal kosakata Arab dan inggris diluar kegiatan belajar mengajar. Setiap hari santri harus membuat karangan bahasa Arab dan Inggris. Setiap santri dipersilakan untuk mengikuti kursus-kursus tambahan bahasa Arab dan Inggris, setiap santri dipersilakan untuk mendalami bahasa melalui laboratorium bahasa, dll. Namun kendala optimalisasi penerapan bahasa yang selama ini terjadi adalah:
Ketergantugan santri pada bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh intensistas temu dan interaksi dengan orang tua/keluarga, interaksi serta teman-teman luar. Lemahnya kemampuan dasar santri. Tercatat, masih ada santri yang belum lancar bahasa Indonesia, dominasi santri yang masuk pesantren dengan kemampuan membaca al-Quran yang lemah sehingga berimbas pada kemampuan berbahasa Arab. Demikian juga, ada santri yang belum lancar baca tulis bahasa latin.
Mengapa Pesantren memberlakukan piket kebersihan dari santrinya?
Allah swt berfirman bahwa tidak ada yang sia-sia dari apa yang telah diciptakanNya. Terkait dengan pendidikan Pesantren khususnya dalam mendidik arti kemandirian dibutuhkan sarana-sarana, maka salah satu sarana pendidikan mental kemandirian dan pendidikan sense of belonging diantaranya adalah sampah. Maka setiap santri memiliki tugas yang sama untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tertanam rasa cinta kebersihan dan rasa memiliki Pesantren. Bila terkait dengan UUD HAM anak, Pesantren tidak memperkerjakan anak untuk kepentingan individu karena kenyataannya adalah santri bekerja lapangan bersama asatiz untuk kepentingan pendidikan mental kemandirian santri. Maka sengaja pesantren tidak mempekerjakan cleaning service untuk wilayah kamar dan asrama demi prinsip pendidikan dan keamanan asrama.
Mengapa Pesantren tidak prioritas rekrutmen guru/pengasuh dari masyarakat Sabang?
Pendidikan Pesantren adalah miniatur tatanan kehidupan di masyarakat secara keseluruhan. Totalitas pendidikan membutuhkan guru yang memiliki integritas tinggi, sehingga semua Asatiz/guru harus siap mengawal, mengawasi, membina dan melatih setiap kegiatan internal Pesantren terdiri dari: mengajar, pengasuh asrama, imam shalat, penyampai kosakata, pelatih kesenian dan ketrampilan, menjadi contoh teladan bagi seluruh santri, dll. Kalau dirinci qualifikasi asatiz/guru yang dibutuhkan Pesantren adalah sebagai berikut:
a. Kesiapan untuk tinggal diasrama, mengawal dan mengasuh santri selama 24 jam
b. Memenuhi jam kerja pokok mulai jam 5.00 – 23. 00 wib dan tidak ada hari libur
c. Menguasai bahasa Arab dan Bahasa Inggris aktif
d. Siap mengedepankan kepentingan Pesantren daripada kepentingan pribadi/keluarga.
e. Tidak diberikan honor atau akomudasi tambahan selain honour per-bulan walau diberikan tugas vital sekalipun.
Maka unsur profesional pragmatis belaka agan gugur bila ditemukan dengan pendidikan Pesantren karena di Pesantren guru mapel umum juga dituntut harus mampu komunikasi bahasa Arab dan Inggris serta mampu menjadi imam atau khatib, guru Pesantren harus juga menguasai perlistrikan dan perairan, guru Pesantren juga harus menguasai tehnologi IT, guru Pesantren harus menguasai beragam keterampilan. dll. Untuk hari ini, Pesantren mulai merekrut tenaga pengasuh dari putra-putri Sabang yang memiliki latarbelakang pengalaman pendidikan Pesantren. Rekrutmen ini hanya bertujuan kaderisasi kelembagaan demi kesinambungan pendidikan Pesantren.
Mengapa Pesantren mewajibkan santrinya berolahraga?
Salah satu tujuan pendidikan Pesantren adalah kaderisasi pemimpin umat yang siap terjun ke segala medan. Maka membutuhkan kesehatan lahir dan batin, kesehatan batin di peroleh dengan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup yang beragam, persahabatan yang luas dan luwes. Sementara kesehatan lahir harus dengan olahraga yang rutin dan teratur. Unsur pendidikan ini sudah tertuang dalam motto Pesantren: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas.
Mengapa Pesantren melarang santri melarang belanja di luar kampus?
Tatanan kehidupan di luar kampus sangat jauh berbeda dengan kehidupan di dalam pesantren yang selalu terawasi dan terevaluasi. Bila kehidupan luar di bawa kedalam Pesantren sangatlah berbahaya dan bisa merusak tatanan. Contoh, santri yang belanja di luar kampus tidak menutup kemungkinan belanjaanya berupa rokok dan bisa dibagi-bagikan kepada kawan-kawan sekamar maka jadilah perokok semua. Untuk mengantisipasinya Pesantren melarang santrinya untuk belanja di luar kampus.
Salah satu tujuan penting pendirian koperasi pelajar adalah untuk media pendidikan santri. Di koperasi santri hanya di layani dengan bahasa Arab dan Inggris. Koperasi hanya di buka pada jam-jam tertentu agar melatih santri belajar mengatur waktu dan melatih kebutuhan biologis agar tidak konsumtif.
Mengapa Pesantren tidak meliburkan santri pada hari-hari libur?
Pendidikan paling efektif untuk membangun karakter santri yang kreatif, dinamis dan agamis adalah santri dengan umur 12 tahun- 17 tahun. Dalam tahun-tahun ini santri di didik dalam totalitas kehidupannya karena bila melewati 17 tahun secara psikis dan biologis sifat-sifat kreatif dan dinamis sudah terkontaminasi dengan hal-hal negatif di lingkungannya. Dalam paradigma agama, kekosongan kegiatan adalah bencana bagi manusia sebagaimana termaktub dalam surah al-insyarah. Maka Pesantren terus memacu pendidikan tanpa kenal hari libur, apalagi hari libur umat agama lain.
Mengapa di Pesantren ada santri yang betah dan santri yang tidak betah?
Setiap santri layaknya manusia pada umumnya yang ingin lepas dari aturan-aturan yang mengikat kebebasannya. Tatanan kehidupan di Pesantren adalah miniatur kehidupan sosial kemasyarakatan yang tertata dalam ranah pendidikan yang terencana dan terprogram mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Pembatasan sarana elektronik dan media-media yang bisa merusak fikiran santri untuk fokus dalam Pesantren. Tatanan kehidupan diatur dengan aturan baku dalam pola pendekatan program, dan pendekatan disiplin yang ketat dan tegas. Sehingga kesalahan kecil apapun selalu diawasi, dingatkan, dinasehati, diarahkan hingga tahapan sangsi-sangsi. Diantara sebab-sebab santri yang betah adalah sebagai berikut:
Sudah berhasil melewati masa transisi 1 tahun pertama
Sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan Pesantren
Sudah mampu memahami arah, misi dan visi Pesantren
Sudah mampu melepas ketergantungan dengan rumah/keluarga
Adapun beberapa sebab-sebab santri tidak betah :
Dominan ketergantungan dengan rumah/keluarga. Belum mampu adabtasi dengan kegiatan dan disiplin Pesantren hingga berimplikasi : sakit-sakitan, lemah, lesu, mencari kekurangan pesantren untuk menguatkan keinginan pindah sekolah, mengkambing hitamkan kawan sekamar untuk menguatkan keinginan pindah.
Kesenjangan sosial
Solidaritas kepada kawan yang telah pindah
Alasan kesehatan
Dll.
Mengapa Pesantren merekrut guru Pengabdian dari Gontor?
Roda Pendidikan Pesantren di jalankan dalam keseluruhan waktu dalam kesehariannya. Seluruh kegiatan harus mengandung pendidikan bagi santri. Usia santri adalah masa-masa produktif dan dinamis maka dibutuhkan pengawalan oleh tenaga-tenaga muda yang masih “pure” dari fikiran luar pesantren. Sehingga tenaga ini bisa fokus dalam mengawal seluruh kegiatan mulai pagi hingga malam hari dan berlangsung selama satu semester tanpa ada hari libur karena hari minggu sendiri diisi dengan kegiatan yang edukatif.
Pesantren juga telah merekrut tenaga dari putra-putri Sabang yang dianggap mampu untuk memaknai tinggal di pesantren berarti kesiapan untuk mengabdikan diri sepenuhnya bagi pesantren dengan menomerduakan kepentingan pribadi. Adalah harapan besar pesantren sendiri dimana lembaga Pesantren ini kelak bisa dikelola oleh putra daerah tentunya setelah dinyatakan siap, maka dari awal pengelolaan, pesantren telah mengkaderkan beberapa putra Sabang untuk menikmati pendidikan di Gontor dengan harapan kelak bisa terjun langsung dalam pengelolaan Pesantren al-Mujaddid.
Mulai tahun ini Pesantren juga telah merekrut tenaga pengabdian dari al-Mujaddid sendiri dalam rangka kaderisasi. Maka tenaga pengabdian sesungguhnya juga dalam bimbingan, pengarahan dan evaluasi dari berbagai kegiatan, seperti pembelajaran, pengasuhan asrama, pamong kegiatan ekstrakurikuler, pengajian, membantu unit usaha pesantren dll. Semua penugasan ini adalah pendidikan sekaligus ujian bagi pengabdian mereka. Ketika saatnya mereka siap untuk diberikan seluruh tugas-tugas pesantren yang membutuhkan kesiapan mental yang prima dan di dukung oleh pemahaman komprehensif dan mendalam tentang dinamika kehidupan pesantren.
Mengapa Pesantren membuka unit usaha mandiri?
Sesuai visi dan misi serta falsafah hidup, pendidikan Pesantren harus mengarah kepada pendidikan kemandirian secarah menyeluruh. Semua unit usaha harus edukatif oriented semata bukan profit oriented yang bisa meruntuhkan nilai-nilai dan falsafah hidup Pesantren sebagaimana tertuang dalam panca jiwa dan mottonya. Salah satu pondasi pesantren adalah kemandirian mencakup kemandirian individu, cara perfikir, dan kelembagaan. Kemandirian individu ditunjukan dengan ke tekunan, konsistensi, resistensi dari tekanan, kemantangan emosi dll. Kemandirian lembaga ditunjukan melalui kemandirian ekonomi sebagai penopang lembaga bukan untuk memenuhi kesejahteraan anggota belaka. Maka di pesantren tidak diberlakukan honor bagi penanggungjawab unit usaha karena semua ditangani oleh ustaz-ustazah dan sebagai media pembelajaran bagi semua penghuni pesantren.
Seluruh unit usaha harus bermuatan nilai pendidikan, menjadi ladang amal bagi seluruh pengelola dan konsumen karena seluruh keuntungan tidak untuk di nikmati pribadi tetapi menjadi hak lembaga. Kedepan, seluruh unit usaha ini akan di kelola oleh santri kelas enam (3 SMA) sebagai sarana pembelajaran langsung tentang pengelolaan perekenomian dan sarana pendidikan mental.
bagus kan? ayo komen
0 Komentar