Pendidikan Karakter

Salah satu aktifitas santri
Karakter yang baik merupakan kunci kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak hanya masalah IQ (kepandaian) saja yang menentukan sukses dan tidaknya seseorang. Bahkan malah jadi sumber masalah jika tanpa moral yang baik. Seperti terjadinya kasus-kasus manipulasi dan korupsi yang marak dilakukan, yang pasti oleh 'orang pintar'.

Akhir-akhir ini, setelah melihat banyaknya tindakan amoral dari masyarakat, dari pembunuhan, tawuran sampai korupsi, pemerintah mulai melihat pentingnya pendidikan karakter. Bahkan mencoba untuk merumuskan dan menerapkan kurikulum pendidikan karakter.

Pembentukan karakter pada diri anak adalah tanggungjawab bersama antara Tri Pusat Pendidikan (Rumah, Sekolah dan lingkungan). 

Porsi terbesar dimiliki rumah, lebih tepatnya orang tua. Fenomena yang terjadi saat ini adalah orang tua tidak memikirkan akan hal itu. Lepas tangan dan mementingkan yang penting anak sudah bisa makan, dapat uang jajan, bisa tumbuh dewasa, sekolah yang tinggi, dapat kerja lantas menikah. Padahal anak merupakan investasi paling berharga menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Lantas kalau di pesantren, di manakah pendidikan karakter terbina? Apakah di kelas saja? Atau di asrama saja? Jawabnya adalah, di semua segi pondok ini, baik di kamar, kelas, masjid, dapur sekalipun, semuanya adalah lingkungan yang mendidik. Karena konsep pesantren adalah menggabungkan Tri Pusat Pendidikan dalam sebuah lembaga.

Mulai dari masjid, asrama, lapangan olah raga, koperasi hingga tempat-tempat yang kecil seperti kamar mandi. Di koperasi anak-anak dilatih untuk jujur dan bertanggungjawab. Di kamar-kamar asrama sebagai lingkungan mikro, ada ketua kamar sebagai pemimpin, ada anggota yang dipimpin, ada organisasi, gerakan, ide. Ada simpati, kebersamaan, kesamarataan, persatuan. Santri yang berasal dari keluarga kaya atau miskin, dari suku A atau B. Tidak ada perbedaan. Begitu pula di semua ranah dinamika lainnya.

Beragam kegiatan positif membentuk kepribadian santri. Gerakan demi gerakan, menjadi gemblengan bagi mereka. Seringkali bapak pimpinan Pondok Modern Gontor, KH. Abdullah Syukri Zarkasyi mengatakan: “Bergeraklah, karena dalam pergerakan terdapat berkah”. Kata-kata ini menjadi syiar untuk bergerak, berbuat dan berkorban, dengan landasan keikhlasan, yang lahir darinya berkah. Bahkan syiar dalam syiar yang lain: "Apa yang kamu lihat, dengar dan rasakan adalah pendidikan".

bagus kan? ayo komen

0 Komentar