Ayu Safitri (Kiri) Penulis Cerpen |
Angin malam menyapa tubuh seseorang gadis berumur 16 tahun yang sedang berdiri dan menikmati angin malam. Tanpa ia sadari seorang wanita paruh baya merangkul pundak nya dari belakang.
“Khaila, kamu ngapain berdiri di depan jendela? nantik kamu sakit” seketika suara itu mengagetkan Khaila yang masih saja asyik menikmati angin malam.
“Enggak kok bu, Khaila hanya sedang menikmati angin malam” ujar Khaila seraya tersenyum manis kepada wanita yang sekarang berada di samping nya,yang di panggilnya dengan sebutan Ibu.
“Yasudah sekarang kamu makan dulu,setelah itu sholat,mengaji,dan belajar setelah itu baru tidur jangan lupa berdo’a terlebih dahulu sebelum tidur”lanjut ibu.
“Iya bu”jawab Khaila.
Ibu pun langsung pergi meninggalkan Khaila yang masih saja asyik menikmati angin malam. Setelah puas menikmati angin malam. Khaila langsung keluar kamar dan menuju dapur. Di dapur sudah ada ibu yang sedang mencuci piring, Khaila langsung mengambil sebuah piring dan menaruh nasi dan lauk seadanya yang sudah di sediakan oleh ibu. Bagi Khaila iti suh lebih dari cukup, karena Khaila masih bisa makan 3 kali sehari. Khaila langsung menyantap dengan lahapnya nasi yang ada di piringnya itu.
Selesai makan Khaila langsung mencuci piring, agar piring kotor tidak menumpuk. Setelah semua selesai ia langsung pergi menuju kamarnya, dan melanjutkan kegiatannya seperti yang telah di katakan oleh ibu nya tadi. Jam dinding di dalam kamar Khaila sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Rasa kantukpun sudah mendera, ia pun menutup buku dan merapikan meja belajarnya. Selesai merapikan meja belajar, Khaila pun langsung tidur tak lupa pula ia membaca do’a terlebih dahulu sebelum tidur.
Suasana pagi ini sangat lah dingin, akan tetapi Khaila sudah bersiap-siap pergi menuju sekolah yang letaknya jauh dari rumah Khaila. Khaila langsung mengayuh sepedanya dan meninggal kan perkarangan rumahnya.Hampir setengah jam Khaila mengayuh sepeda nya melewati pepohonan yang indah di sekitar jalan perdesaan,dan sampai kedepan pintu gerbang sekolah.
Khaila adalah murid berprestasi di dalam kelas. Tak hanya di dalam kelas ia pun jugak aktif di kegiatan lainnya yang ada di sekolah nya. Sekarang Khaila duduk bangku kelas 3 SMA. Sesampainya di sekolah Khaila langsung menaruh sepedanya di parkiran sekolah.Sebelum melangkah pergi,Khaila merasakan ada yang memanggil namanya dan menepuk pundak belakangnya.
“Khaila” panggil seorang gadis yang seumuran dengan Khaila.
“Iya,ada apa Risma” tanyak Khaila, pada gadis yang menyapa Khaila.
“Kamu di panggil sama bu Seri di kantor sekarang” ujarnya, belum sempat Khaila menjawab, Risma langsung menyambung perkataannya lagi.
“Tenang aja,gak ada masalah kok, mungkin ada sesuatu yang penting yang harus di sampaikan, kamu jangan tegang seperti iti dong” ledek Risma melihat wajah Khaila yang ketakutan.
“Siapa juga yang tegang, terima kasih ya atas informasinya” jawab risma.
“Iya,oiya aku ke kelas luan yaa”ujar Risma seraya melambaikan tangan kepada Khaila.
Tanpa membuang waktu lagi Khaila pun langsung pergi menuju kantor bu Seri, dengan ragunya ia mengetuk pintu kantor bu Seri, dan terdengar suara bu seri menyuruh Khaila masuk.
“Assalam mualaikum”ucap Khaila.
“Walaikum salam,silahkan duduk,ibu ingin berbicara sedikit sama kamu”ujar bu seri.
“Iya,silahkan ibu mau bicara apa dengan saya”Tanya Khaila siap mendengarkan
“Begini,kamu adalah anak yang paling berprestasi di sekolah,dan saya ingin menawarkan kamu undangan kuliah di Jakarta,dan kamu tidak akan sendiri di Jakarta, saya juga akan pindah tugas ke Jakarta, bagaimana kamu mau terima tawaran dari saya” jelas bu Seri.
“Bagaimana ya bu? Saya belum bisa menjawab nya,karna belu ada biaya, apa lagi kuliahnya di Jakarta”jawab Khaila.
“Semua biaya dan kebutuhan yang kamu perlukan akan saya tanggung semua”ujar bu Seri,Khaila masih saja terdiam.
“Yasudah kalau kamu belum bisa menjawabnya sekarang tidak apa-apa, kamu bisa menjawab nya kapan saja, dan kamu harus fikirkan dengan baik, sayang kalau kamu tidak menerimanya” sambung bu Seri Khaila yang sendari tadi tetap diam.
“Iya bu,akan saya fikirkan lagi” singkat Khaila, Khaila pun langsung bangkit dari tempat duduk nya dan berpamitan untuk pergi.
Selama jam belajar, Khaila tidak fokus mengikuti pelajaran, dikarenakan masih terbayang dalam fikirannya tentang tawaran kuliah dari bu Seri, yang membuat ia bingung adalah jika ia menerima tawaran dari bu Seri ia tidak tega meninggalkan Ayahnya yang mulai sakit-sakitan dan juga adik dan ibunya. Selesai sekolah Khaila langsung pulang, di perjalanan pulang ada seorang anak laki-laki berlari menuju arah Khaila.
“Khaila….Khaila….” panggil seorang anak lelaki kepada Khaila dengan suara tersendak-sendak.
“Iya,ada apa Ferdi”jawab Khaila kepada anak laki-laki yang bernama Ferdi.
“Cepat kamu pulang,ayah mu mau di bawak ke rumah sakit”ujar Ferdi.
TaNpa menjawab perkataan Ferdi, Khaila langsung mengayuh sepedanya menuju rumah sakit terdekat,karna tidak mungkin ayah nya di bawak ke rumah sakit kota. Sesampainya di rumah sakit, Khaila langsung mencari ruangan di mana ayah nya di rawat.Saat Khaila menyelusuri kolidor rumah sakit, ia berjumpa dengan adik nya.
“Adhil,ayah mana?”Tanya Khaila.
“AYAH!!!!ayah di rumah lah, ngapain ayah ke rumah sakit”ujar Adhil dengan nada bingung.
“Bukannya ayah masuk rumah sakit,tadi kakak jumpa Ferdi, dia bilang ayah masuk rumah sakit” jawab Khaila dengan raut wajah kebingungan.
“Memang iya tadi ayah ada ke rumah sakit tapi Cuma buat periksa doing kok”jawab adhil.
Setelah mendengar jawaban dari Adhil. Khaila langsung pergi meninggalkan Adhil tanpa menanyakan dengan Adhil ngapain dia ke rumah sakit. Sesampainya di rumah, Khaila melihat ayah dan ibunya sedang duduk di depan rumah sambil bercakap-cakap.
“Assalam mualiakum”
“walaikum salam”
“Ada yang mau Khaila ngomong sama ibu dan ayah”ujar risma.
“iya kamu mau ngomong apa?’’ tanya ayah penasaran.
“Tadi di sekolah,bu seri menawarkan Khaila kuliah di Jakarta bersamanya, semua biaya dan kebutuhan Khaila akan di tanggung oleh bu Seri”jelas Khaila dengan sopan.
“Ayah tidak mau kamu ke Jakarta apa pun alasan nya,kamu itu anak perempuan,kamu kira Jakarta itu sama seperti desa”ujar ayah dengan nada yang meninggi.
“Yasudah Khaila turuti perkataan ayah”jawab Khaila dengan pasra.
Selesai berbicara dengan ayah, Khaila langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Sebenarnya kuliah itu adalah impian Khaila sejak lama setelah ia lulus dari SMA. Apa lagi ke Jakarta, tetapi ia harus mengurung mimpi nya tersebut terlebih dahulu, walaupun ia sangat ingin berkuliah.
Keesokan harinya saat di sekolah, Khaila langsung menemui ibu Seri, dan menjelaskan mengapa ia tidak menerima tawaran bu Seri. Bu Seri pun masih saja menyuruh Khaila untuk memikirkan kembali atas jawabannya, akan tetapi Khaila tetap menjawab tidak karna orang tua nya tidak mengizinkan ia kuliah di Jakarta.
Menurut Khaila orang tua itu adalah yang nomor satu dan kemana pun Khaila pergi harus ada ridho dari kedua orang tua nya.
Penulis : Ayu Safitri (Siswa Kelas 5 KMI)
Redaktur : Chairil
bagus kan? ayo komen
0 Komentar