Semburat warna
kuning keemasan yang memanjakan mata , membuat kesan indah di sebuah lautan
tenang yang terbentang luas. Semilir angin sore yang menyejukkan, suara ombak
laut yang menghantam bebatuan serta suara dedaunan yang bergesekan tak patut
untuk dilewatkan.
Air mata yang sebelumnya terbendung lama kini tak bisa lagi di
pertahankan. Cairan bening itu turun dari pelupuk mata membasahi wajah cantik seorang gadis
berjilbab coklat muda dan abaya hitam yang setia menutup aurat tubuh tanpa
terlihat lekuk tubuh. Dalam benaknya, masih terlintas kenangan-kenangan indah
dan kenangan-kenangan buruk yang terus berputar dan mampu membuat hati kecil
gadis itu terasa sakit luar biasa.
“ Bunda, “ seorang gadis berjilbab rabbani datang dari belakang
lalu memeluk sang ibunda yang sedang sibuk memotong sayuran di dapur.
“ Kenapa sayang?”
“ Ayla kangen ayah, bun. Katanya ayah bakal pulang sebulan sekali
walaupun kerjaannya banyak. Tapi kok ayah gak pernah lagi datang bunda? “
“ Mungkin ayah lagi sibuk-sibuknya di Jakarta. Tolong sabar,
ya,nak?”
“ Tapi bunda, Ayla udah mau lulus pesantren. Bahkan ayah gak pernah
sekalipun jenguk Ayla di sana. “ Gadis yang bernama Ayla Hagia Sophia itu
menanois dalam pelukan bundanya yang bernama Annisa. Mendengar tangisan Ayla
yang menjadi-jadi,Nisa pun berpaling menghadap anak bungsunya itu.
“ Nanti kalau ayah pulang,biar bunda yang suruh ayah ke pesantren
jenguk kamu,oke? Jangan nangis lagi,ya princessnya bunda! “
Nisa memberikan pelukan hangat pada Ayla yang sangat dia sayangi.
Dibalik pelukan itu, tanpa Ayla sadari Nisa terus menangis karena terlalu lama
menanti kepulangan sang suami yang sampai sekarang menghilang tanpa kabar.
Namun belum lama Ayla berada di pesantren untuk kembali hadir dan melaksanakan
kegiatan yang ada, sebuah kabar buruk datang dan ini mengenai kondisi Nisa yang
sakit dan membuat Ayla terpaksa harus dipulangkan.
“ Ay…la, “ Lirih Nisa yang sedang berbaring di atas brankar rumah
sakit.
“ I-iya,bun. Ini Ayla. “
“ Mas Bhumi ma…mana,La? “
“ Mas Bhumi? “
Brakk
Pintu ruang inap yang Nisa tempati terbuka lebar dan terlihatlah
seorang laki-laki tegap berkemeja hitam tiba-tiba datang dengan deru napas yang
tak beraturan dan peluh yang membasahi wajah.
“ Bunda!! “ Laki-laki yang bernama Bhumi Syam itu berjalan
mendekati Nisa lalu memeluk wanita itu penuh kasih saying dan menangis dalam
diam.
“ Nak, “
“ Maafin Bhumi,bun. Maafin Bhumi yang gak bisa rawat dan jenguk
bunda selama ini. “ Nisa menggeleng melihar putra sulungnya paling dia
banggakan terlihat sedih gara-gara dirinya yang seperti ini.
“ Gak apa-apa. Bunda juga, gak mau ngerepotin…anak-anak bunda.
Bhumi…kamu baik-baik aja,kan di Mesir? “
“ Bunda ngomong apa,sih? Seharusnya udah jadi tanggung jawab kita
berdua buat jagain bunda di sini. “ Jawab Ayla. Nisa hanya tersenyum tipis
melihat putrinya itu.
“ Ma-makasih,ya? Makasih karena udah jadi anak-anak bunda selama
ini. Bhumi…bunda mau berpesan satu hal sama kamu . “ Bhumi mengiakan ucapan
Nisa dengan tangan yang sibuk mengulus punggung tangan ibunya. “ Tolong jaga
Ayla,ya? Jangan biarin dia sedih terus karena ingat ayah yang sampai sekarang
belum pulang-pulang. Jaga dia baik-baik gantiin bunda. “
“ Udah,bun jangan ngomong apa-apa lagi. Bunda harus istirahat,kan?
“
“ Ayla, bunda gak apa-apa kok. To-tolong kamu jaga diri kamu
baik-baik. Jadi Perempuan yang bermartabat,belajar bagus-bagus dan jangan lupa
buat muraja’ah setiap hari. Bunda mau liat anak-anak bunda jadi anak-anak saleh
dan saleha. “ Dalam setiap kalimat yang ingin Nisa ucapkan, deru napasnya
terlihat tidak beraturan membuat wanita itu kesusahan dan dadanya semakin
terasa sakit luar biasa.
“ Jangan benci sama
ayah,ya,nak? Bunda tau ayah itu baik ,cuma jalannya saja yang salah. Ayah…dia
udah…menikah lagi dan mempunyai anak laki-laki dari istri keduanya. Bhu-Bhumi,
Ayla…kalian mau,kan turuti permintaan terakhir bunda? “
Bhumi dan Ayla sama-sama mengangguk membuat Nisa bisa bernapas lega
disertakan senyuman yang manis terukir di wajah pucatnya. Tak lama Nisa
merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Dari ujung kaki sampai
ujung kepala,membuat Ayla yang melihat itu panik seketika. Dengan sigap, Bhumi
mengelus kepala Nisa seraya membisikkan sesuatu agar Nisa bisa mengikuti ucapan
Bhumi untuk mengucapkan syahadat saat itu juga.
Ayla mendapatkan sebuah pelukan hangat dari seorang sahabat yang
selalu ada bersamanya selama ini. Aisa Alexandria. Dia adalah anak bungsu dari
seorang pimpinan pesanten, yaitu K.H Farras Arfathan Aqmar dan umi Zanara.
Dengan penuh kelembutan, gadis yang memakai kerudung biru itu terus mengelus
punggung Ayla untuk menenangkan sahabatnya.
“ Ayla, yang sabar,ya? Jangan nangis lagi. Ikhlasin bunda
Nisa,biarain dia tenang disana. Kamu sayang,kan sama bunda kamu? Kalau kamu
merasa sendirian, tenang aja. Ada aku, mas Bhumi, abi sama umi yang selalu ada
buat kamu,La. “ Aisa melepaskan
pelukannya, lalu dia mencoba menghapus jejak air mata di wajah cantik
saahabatnya itu.
“ Aisa, “
“ Hm? “
“ Aku mau pulang ke pesantren. Aku gak mau kesepian di rumah,Sa. “
Ayla Kembali memeluk Aisa dengan erat, tanpa mau melepaskannya sedikitpun.
“ Ya udah kalau gitu. Kita pulang ke rumah kamu dulu, terus kita
izin ke mas Bhumi,ya” Ucap Aisa.
***
1 bulan kemudian.
Pagi di hari jumat ini ada sebuah kajian yang merupakan kegiatan
wajib di Pondok Pesatren Muhammadiyah sedang berlangsung dengan khidmad sejak
lima belas menit yang lalu dan akan dipimpin langsung oleh kiai Farras. Kajian
wajib ini tentu mengundang seluruh santriwan,santriwati, ustad dan ustazah
dengan beberapa petugas keamanan terus berkeliling di sekitaran masjid. Dan
untungnya di masjid juga ada sebuah pembatas khusus yang dibuat untuk membatasi
wilayah perempuan dan laki-laki agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sesuang dengan peraturan yang telah di tetapkan di pesantren ini.
“ Assalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihi nasta’in ‘ala umuriddunya
waddin, washolatu wassalamu ’ala asrofil anbiyaa iwal mursalin wa’ala alihi
washohbihi ajma’in amma ba’du.”
“ Anak-anakku sekalian, Ikhlas itu adalah amaliah hati yang tingkatannya sangat tinggi.
Ikhlas berbeda dengan sabar, yang merupakan penerimaan atas suatu ketetapan,
ketentuan dan sesuatu yang mengenai diri seseorang. Ikhlas justru sebaliknya,
di mana baru akan terlihat setelah terjadinya suatu amal. Orang yang ikhlas
dalam beramal adalah mereka yang merasa seakan-akan tidak melakukan amal itu.
Kita biasa menganalogikan ikhlas seperti halnya bekerja tanpa minta upah. “ Selama
proses kajian ini seluruh santriwan dan santriwati yang hadir terlihat sangat
fokus akan mendengarkan kajian mengenai keikhlasan ini.
“ Menurut Imam Al-Ghazali, hakikat ikhlas adalah kemurnian niat dari
kotoran-kotoran yang mencampurinya. Mau sholat, ya sholat aja. Makan ya makan
aja. Pergi ya pergi aja. Tanpa memikirkan hal-hal lain.Allah SWT berfirman
melalui Al-Qur'an pada Surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya, mereka tidak
diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar). “
“ Assalamualaikum ukhti Ayla,” seorang santriwati berjilbab
hitam tiba-tiba datang menghampiri Ayla yang sedang berdiri di sekitaran masjid
untuk bertugas sebagai petugas keamanan.
“ Waalaikum salam. Kenapa,Nadh? “
“ Anu…kak Ayla dipanggil sama umi Nara di ndalem. “
“ Sekarang? “
“ Iya, sekarang kak. “
“ Syukron “
Ayla menyunggingkan senyum manisnya pada adik kelas nya itu dengan
ramah yang mulai menghilang dari pandangannya karena langsung duduk di barisan
para santriwati seangkatannya. Tumben umi Nara cariin. Disuruh bantu
bersih-bersih,kali,ya? batin Ayla.
***
“ Sebenarnya, kenapa,ya bapak menelpon tiba-tiba seperti ini? “ Di
sofa ruang tamu, umi Nara terlihat sedang menelpon seseorang yang membuatnya
sedari tadi terlihat sedikit cemas.
“ Sebelumnya saya minta maaf, mungkin untuk membujuk putri bapak
akan sewdikit sulit kerena faktor satu bulan yang lalu. Tapi bapak jangang
khawatir,saya akan berusaha semampu saya. “
“ Umi Fik – “ Seorang laki-laki tampan berjubah putih dan peci
putih keluar dari sebuah kamar dengan rambut yang basah setelah berwudhu dan
melihat Nara sedang menelpon seseorang yang membuat leleki itu harus menunggu
selama beberapa saat.
“ Iya, insyaallah,ya pak? Jika dia mau saya yang akan membawanya
kesana. Iya,sama-sama. Waalaikum salam. “ Umi Nara menghela napas berat setelah
dijauhkannya ponsel itu dari telinganya. Dalam hati dia terus saja beristigfar
agar hatinya sedikit lebih tenang.
“ Ya allah umi. Ada masalah apa,sih sampai menghela napas kaya
gitu? Umi lagi ada kerjaan? “
“ Gak apa-apa mas. Umi cuma khawatir aja sama salah satu
santriwati. “
“ Yang katanya dia itu di tinggal sama ayahnya,ya umi? “ Nara
mengangguk mengiakan. “ Banyak-banyak minta petunjuk allah,mi. Fikra tau niat
umi sama abi itu baik untuk membantu. Kita doakan saja semoga allah kasih
kemudahan atas segalanya. “
Muhammad Fikra Al-Baghdad, atau seorang laki-laki yang kerap
dipanggil Gus Fikra itu merupakan anak sulung dari kiai Farras dan umi Nara
yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Mesir. Gus Fikra juga sempat
mengajar di pesantren ini selama setahun lamanya bersama teman seangkatannya
yang bernama ustadz Bhumi Syam,tepat sebelum mereka kuliah di tempat yang jauh
itu.
“ Makasih,ya mas? Oh,iya, kamu rapi-rapi kaya gini mau kemana?
Bukannya jadwal penerbangan ke Mesir itu nanti siang? “
“ Fikra ma uke masjid umi,nyusul abah. Kalau gitu Fikra duluan,ya?
Assalamualaikum. “
“ Waalaikum salam. “
Laki-laki yang tingginya sekitaran 185 cm itu bergegas keluar dari
ndalem setelah menyalami punggung tangan umi Nara. Dan tepat Ketika Fikra
membuka pintu dia terkejut bukan main melihat Ayla yang ingin mengetuk pintu
dan keduanya sama menunduk dan memberi jarak.
“ Astagfirullah, “ gumam Fikra.
“ Ma-maaf gus. “ Ucap Ayla terbata-bata.
“ Ada urusan apa kamu kemari? “ Tanya Fikra dengan nada bica yang
sedikit cetus.
“ Tadi katanya umi Nara cariin saya dan disuruh ke ndalem.
Kalau boleh sa—”
“ Itu Ayla,ya mas ? “ Umi Nara tiba-tiba memunculkan diri di
sebelah Fikra.
“ I-iya,umi. “ Ayla terus menundukkan pandangannya di depan Fikra
bahkan setelah dia di perintahkan untuk masuk oleh umi Nara dan menghilang di
balik pintu.
“ Ayla…adiknya Bhumi Syam? “ Gumam Fikra.
***
“ Ma-maksud umi apa? Ayah saya…ingin bertemu dengan saya dan mas
Bhumi? “
Umi Nara mengangguk pelan memberi jawaban. Kali ini Ayla terdiam
dengan pikirannya sendiri. Dia tidak salah dengar,kan? Ayah yang selama ini
pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya itu sekarang datang dan ingin
bertemu? Kenapa tiba-tiba? Kepala Ayla
terus menunduk dalam menggenggam ujung hijannya dan berusaha menahan tangis.
“ Nak, umi tau apa yang kamu rasakan sekarang . Rasa sakit yang ditinggalin
ayah kamu ke almarhumah Nisa,kamu dan Bhumi pasti meninggalkan bekas luka yang
dalam di keluarga kalian. Tapi,nak,semua yang terjadi itu atas kehendak allah.
“
“ Tapi umi, ayah itu memang jahat. Ayah gak pernah peduli sama
bunda yang sakit-sakitan nungguin ayah pulang. Kalau ayah ada di sini dari
dulu, bunda pasti gak akan kesepian apalagi saya sama mas Bhumi jauh dari
bunda. Hiks, umi tau sendiri,kan hati perempuan itu gimana? Sampai sekarang
saja saya sama mas Bhumi sama-sama bersalah karena gak bisa selalu ada buat
bunda tapi ayah gak pernah demikian. Ap aitu pantas di sebut kepala keluarga
umi? “
“ Astagfirullah ya allah,nak. Udah cukup kamu ngomomg kaya gitu.
Ayah kamu itu manusiayang pasti pernah membuat kesalahan. Memang yang beliau
lakukan itu salah,apalagi beliau itu kepala keluarga dan lebih parahnya lagi
sudah berpoligami. Tapi kamu sebagai anak nggak boleh membenci. Mungkin saja
ayah kamu datang untuk meminta maaf. Ayla, jangan pernah sekalipun kamu
utarakan rasa benci kamu keorang tua kamu. Kamu gak mau,kan jadi anak durhaka?
“
Ayla terbungkam mendengar setiap ucapan umi Nara yang dilontarkan
padanya. Hatinya tiba-tiba merasa sakit mengingat Nisa yang selama ini berjuang
sendirian mengurus dua orang anak yang biaya sekolahnya tidak main-main. Selama
kepergian sang ayah, Bhumi selalu berusaha untuk menggantikan peran ayah dalam
keluarga. Gadis 18 tahun itu menangis tersedu-sedu di tempat duduknya,tak
berani menatap Nara.
“ Ayla anakku. Umi mohon sama kamu untuk maafin ayah kamu. Kita
jadikan semuanya sebagai pelajaran untuk kedepannya dan mencoba menerinya
semuanya dengan lapang dada. Mau bagaimanapun dia tetap ayah kamu, orang yang
harus kamu hormati setelah bunda kamu. Lagipula gak baik kita memendam rasa
dendam. “
“ Umi, “
“ Iya,nak? “ Umi Nara menyentuh punggiung tangan Ayla dan
mengusapnya pelan.
“ Untuk sekarang, Ayla masih belum mauketemu sama ayah. Ayla butuh
waktu untuk semuanya. “
“ Iya gak apa-apa. Nanti umi bilang ke ayah kamu soal ini. “
“ Oh,iya umi. Ayla titip salam buat mas Bhumi,ya? Katanya dia bakal
balik hari ini,kan? “
“ Nanti umi sampaikan,ya,nak? “
“ Makasih umi. “
***
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari .Diatas ranjang yang tidak
terlalu besar dan hanya muat untuk satu orang itu, Aisa terus saja merasa tidak
nyaman dalam tidurnya dan terus berbolak-balik tak menentu. Suara tangisan
seorang perempuan samar-samar terdengar di telinganya yang membuat Aisa
terbangun dan memeluk bantal gulingnya erat-erat,tidak berani menoleh ke
belakang. Sebenarnya siapa itu? Apakah hanya perasaanya saja?
“ Ya allah ya rabb, hari ini hamba ingin mengutarakan segala
perasaan hamba padamu ya allah. “
A-Ayla? Aisa perlahan berbalik menembus rasa takutnya yang
sebelumnya berpikir bahwa ada sosok makhluk halus di dalam kamarnya. Namun
setelah dia melihat ternyata ada Ayla yang sedang duduk di atas sajadahsetelah
melaksanakan salat tahajud dan saat ini dia sedang bersimpuh memohon ampun
kepada allah atas segala dosa-dosa yang lalu,memohon ampunan dan kelapangan
kubur untuk bunda. Air mata menetes setiap ingatan membawanya pada kenangan
dimana keluarga mereka sering menghabiskan waktu Bersama tepat sebelum sang
ayah meninggalkan keluarga. Bibir bergetar menahan isak dan pernapasan hidung
tak lancer terhalang cairan manakala memanjatkan doa.
Hati yang kerap merasa gelisah karena kebencian yang bersemayam
atas perilaku ayah, dia alihkan dengan doa.
“ Ya allah,Ayla enggak akan pernah mau menjadi anak yang durhaka
karena tidak berbakti kepada orang tua terutama ayah ya allah. Tapi keadaan
yang buat Ayla jadi kaya gini. Jujur Ayla kecewa sama ayah,Ayla marah sama
sikap ayah. Kenapa engkau memberikan cobaan seberat ini buat keluarga kami ya
allah? Kenapa engkau ambil bunda secepat ini? Bahkan bunda saja belum sempat
liat wajah ayah sebelum pergi. Kasihan bunda,kasihan mas Bhumi yang berjuang
buat Ayla sampai sejauh ini. Disaat semuanya reda,bua tapa engkau mempertemukan
hamba Kembali dengan ayah? “
Isak tangis Ayla terdengar semakin menjadi-jadi membuat Aisa yang
masih mendengar setiap doa yang dipanjatkan oleh Ayla menangis dalam diam,ikut
merasakan sakit yang dialami oleh sahabatnya itu.Sosok Ayla yang ceria, Ayla
yang selalu aktif dalam kegiatan apapun kini tak pernah lagi terlihat setelah
kepergian bunda Nisa. Dilihatnya punggung Ayla yang tertutupi mukenah biru itu
bergetar tanpa alasan.
“ Ya allah. Ayah juga manusia. Ayah memiliki dosa dan akupun
memiliki dosa. Ampuni kesalahan hamba dan ayah hamba ya allah. Bantu Ayla
melapangkan dada untuk selalu berbakti padanya sampai ajal menjemput. Amin ya
rabbal alamin. “
***
Hari berganti hari,bulan berganti bulan. Tak teras ini sudah dua
bulan berlalu sejak pertama kali ayah Fathar Alfarisi menelpn umi Zanara atau
kiai Farras untuk meminta bantuan mereka agar segera dipertemukan oleh putri
tercintanya. Bukan hanya itu, Fathar yang sebelumnya terus ditolak malah sering
datang kepesantren untuk menjenguk Ayla dan selalu saja kunjungan itu ditolak
oleh gadis itu.
Kata umi Nara, Fatharsempat menelpon Bhumi yang berada di Mesir
untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang sudah dia lakukan. Dan dengan
lapang dada Bhumi memaafkan kesalahan ayahnya. Namun, tidak dengan Ayla yang
saat ini seperti menutup mata dengan apa yang terjadi.
Dari kejauhan. Aisa yang hendak ke asrama putri melihat Ayla yang
sedang menghafal di bawah pohon mangga yang sejuk didekat lapangan basket
putri. Aisa tersenyum lebar melihat sahabatnya yang alhamdulillah-nya tidak
pernah jauh dari al-quran walaupun di waktu yang singkat sekalipun.
“ Masyaallah! “ Puji Aisa yang tiba-tiba datang dan duduk di
sebelah Ayla,sedangkat Ayla hanya tersenyum tipis. “ Gimana hafalannya ustazah
Ayla Hagia Sophia? “ ledek Aisa.
“ Apaan,sih,Sa? “ Ayla seketika tersipu malu saat dirinya dipanggil
dengan sebutan ustazah.
“ Jihad banget hafalannya. “
“ Ya,iya,lah. Aku…aku punya cita-cita buat kuliah di Istanbul
setelah keluar dari sini. Doain aku,ya? “
“ Iya, aku selalu doain yang yang terbaik buat kamu kok,La.
Pokoknya setelah keluar dari pesantren,akum au kita dipertemukan lagi dengan
versi terbaik masing-masing. “
“ Amin. “ Jawab Ayla cepat. “ Aisa,kamu tau nggak kata-kata ini?
Carilah sahabat yang seperti cermin. Kita senyum,dia senyum. Kita sedih,dia
sedih. Jangan seperti kuali yang depan lain,belakang lain. “
“ Tau kok. Itu kata Habib Hasan bin Ja’far Assegaf,kan? “
“ Iya. Kamu tau ngak,Sa, aku beruntung bisa kenal sama kamu. Yang
selalu ada buat aku waktu aku sedih dan senang sekalipun. Makasih,ya? Makasih
udah selalu ada di dekat aku. “
“ Sama-sama,La. Aku juga mau persahabatan kita simpai ke surganya
allah nanti. Kita tholabul ilmi sama-sama,ya? “
“ Isyaallah ,iy—“
“ Astagfirullah. Udah waktunya istirahat kok masih di sini? “
Aisa dan Aiya spontan menoleh kebelakang saat ada seseorang yang
datang tiba-tiba dan ternyata itu adalah kiai Farras. Melihat itu Aisa
buru-buru menyalami punggung tangan ayahnya sedangkan Ayla hanya menyatukan
kedua tanyannya di depan dada sambil menyunggingkan senyum.
“ Abi mau kemana? “ Tanya Aisa memeluk lengan kiai Farras.
“ Mau ke ndalem ketemu umi kamu. Kalian gak istirahat? “
“ Istirahat kok kiai. Ini sedikit lagi mau selesai hafalannya. “
“ Alhamdulillah. Kalau begitu,Ayla. Bisa saya berbicara sebentar
dengan kamu di ndalem? “
“ Bi-bisa kiai. “
“ Aisa ikut,ya abi? “
“ Iya, “
Aisa langsung merangkul lengan kiai Farras dengan riang dan
berjalan Bersama sampai kedalam ndalem dan duduk di dekat Ayla yang akan
berbicara dengan kiai. Seperti dugaan Ayla,alasan kiai inginberbicaradengannya
pasti karena ingin membahas masalah ayahnya yang beberapa hari ini tidak pernah
datang lagi dan tidak ada kabar apapun lagi.
“ Kamu pasti tau alasan saya mau berbicara dengan kamu itu untuk
membahas apa. ” Ayla hanya dia tidak berani menjawab. “ Ayla, hidup itu adalah
suatu perputaran ujian. Terkadang kehidupan yang melelahkan bisa menjadi
kehidupan yang membahagiakan jika kita bisa melihatnya dengan hati yang tenang.
Beberapa hal memang berjalan tanpa persetujuan kita,tapi dibalik itu ada allah
yang mengaturanya. Nak,allah itu sedang mengujimu dan artinya allah itu sayang
sama kamu. “
Ayla masih saja diam di tempatnya tidak benari melontarkan
kata-kata jika sudah berhadapan langsung dengan kiai. “ Tadi,saya dapat kabar
dari istri ayahmu kalau beliau sedang koma di rumah sakit karena kecelakaan
sejak seminggu yang lalu. “
Sontak Ayla menatap kiaidengan tatapan terkejut bukan main setelah
beliau memberi tahukan sebuah kabar buruk mengenai ayahnya yang sedang sakit.
Jantung Ayla berdetak kencang seakan-akan ada rasa takut yang tiba-tiba datang
menerpa.
“ Ke-kecelakaan kiai? Ayah saya? “ Kiai hanya mengangguk pelan
membuat Ayla menitikkan air mata dan membungkam mulutnya dengan kedua tangan. “
Astagfirullahaladzim!! “
“ Kalau kamu mau menjenguk ayah kamu, saya,istri saya dan Aisa
bersedia mengantar kamu kerumah sakit, Ayla. “
Ayla melihat Aisa dengan tatapan nanar yang ternyata mata Aisa juga
sudah berkaca-kaca menahan air mata yang hendak turun. Aisa kemudian mengangguk
pada Ayla untuk meyakinkan sahabatnya itu.
“ Saya mau kiai. Saya mau keteamu ayah saya sekarang juga. “ Ucap
Ayla memberi jawaban dengan pasti.
***
Ayla yang sebelum-sebelumnya menolak bertemu dengan ayahnya kini
sudsah berada di rumah sakit tepatnya di dalam ruangan laki-laki paruh baya itu
dan berdiri di dekat brankarnya. Fathar yang berbaring koma di tempatnya dengan
beberapa alat medis yang mendampingi membuat Ayla merasa iba melihatnya. Ayla
menangis dalam diam diruangan itu. Jadi seperti ini kondisi ayahnya setelah 7
tahun tidak bertemu? Sosok pelindung Ayla dulu kini Kembali dalam kondisi yang
sudah tak berdaya.
Tangan mungil Ayla menggenggam tangan Fathar yang sedikit
membengkak. Dia duduk di kursi samping brankar dan mencium punggung tangan
ayahnya dengan lama sebelum meletakkanbnya di pipinya penuh kasih sayang.
“ Ini Ayla ayah. Ayla-nya ayah udah di sini buat ayah. Ayla yang
ayah manja,Ayla si princesskecil ayah udah besar sekarang dan udah mau lulus
pesantren dua minggu lagi. Tolong bangun,ya ayah? Ayla gak mau kehilangan ayah
lagi. “
Sedikitpun tidak ada jawaban yang terlontarkan dari mulut Fathar
untuk membalas ucapan putrinya,yang ada hanya suara mesin monitor yang
mendampingi.
“ Ayah, Ayla udah nelpon mas Bhumi. Katanya besok dia balak pulang
lagi kesini buat liat ayah. Kita bisa ngumpul bareng lagi,kan? Kalau ayah sakit
biar Ayla aja yang rawat ayah gak apa-apa. Kalau ayah lagi sedih, biar Ayla
yang jadi penyemangat buat ayah. Jadi tolong bangun,yah. Ayla rindu sama ayah.
“
Ditengah tangis Ayla yang berlanjut tanpa henti, Aisa tiba-tiba
masuk lalu mengusap bahu Ayla, bermaksud untuk membuat sahabatnya tenang.
“ Ayah bakal bangun,kan Aisa? Ayah bakal datang waktu aku wisuda
nanti,kan? “
“ Pasti,La. Allah pasti sembuhin ayah Fathar kok tenang aja. Kita
doakan aja sama-sama biar beliau cepat sembuh. Ada aku yang bakal temenin kamu.
“
Sejak hari itu berlalu, Ayla selalu saja siap menjaga Fathar
Bersama Bhumi yang Kembali pulang ke Indonesia. Jujur saja tidak mudah menjadi
Bhumi yang harus bolak-balik Mesir-Indonesia karena keadaan ayahnya yang sedang
koma,tapi apa boleh buat? Semuanya dia lakukan untuk orang yang dia sayang.
Istri dan anak Fathar juga hadir untuk merawat sang suami dan ayah mereka
hingga sampai jam sembilan pagi, Fathar terbangun dari komanya dan terus
memanggil kedua anaknya.
“ Ayah gak apa-apa?Bhumi sama Ayla ada di sini,yah ” Ucap Bhumi.
“ Ya allah Bhumi,Ayla…ayah rindu sama kalian. Maafin ayah,ya nak?
Ayah udah gagal jadi ayah buat kalian berdua dan juga gagal jadi suami yang
baik ke bunda. Ayah menyesal. Ayah memang gak bertanggung jawab. “
“ Ayah, semuanya udah berlalu. Kita lupain kejadian-kejadian yang
lalu dan kita jadikan Pelajaran buat kedepannya. Allah itu maha pemaaf.
Insyaallah Bhumi sama Ayla udah maafin ayah. “ Ucap Bhumi membenarkan.
“ Iya,yah. Ayla juga mau minta maaf atas semuanya karena gak
berbakti sama ayah. Maafin Ayla yang udah gak peduli sama ayah. Ayla udah
ikhlas kok,yah sama kejadian selama ini. “
“ Gak apa-apa,nak. Ayah paham sama perasaan kalian sebagai anak.
Makasih udah hadir disaat ayah udah gak bisa apapun lagi. “ Fathar menarik
napasnya dalam-dalam saat dia merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. “
B-Bhumi…ayah titip…Ayla,ya,nak? Ka-kalau ada orang yang…mau meminang…adik kamu
itu,pastikan dia…baik akhlaknya,dan bisa…jadi imam yang baik juga.”
“ Pasti,yah. Ayla bakal Bhumi jaga baik-baik. “
“ Terima…kasih. “ Lirih Fathar tepat sebelum matanya tertutup
sempurna pada akhirnya yang membuat semuanya menangis kehilangan.
***
5 tahun kemudian.
Kaki yang dibalut Sepatu boots berwarna caklat itu menyusuri
deretan pohon Sakura yang berjatuhan. Musim semi berwarna merah muda dan putih
mendominasi jalanan di Prefektur Chiba,Jepang.
Ayla mengeratkan jas yang ia pakai. Gamisnya yang menjuntai
bergoyang tertiup angin pagi jembatan taman Sakura. Ia tampak anggun dengan
kerudung panjangyang berwarna pink,senada dengan musim semi. Sejauh mata
memandang,bunga sakura memanjakan matanya tanpa bosan . Ayla menghirup udara
banyak-banyak , segar sekali rasanya.
Besok Ayla akan kembali ke Indonesia setelah berlibur panjang ke
Jepang,merayakan kelulusannya setelah berkuliah di Istanbul. Wanita yang
berumur 23 tahun ini dudukdi pinggir taman,menikmati segelas kopi yang baru
saja dia beli. Tak lama, ponsel Ayla bergetar. Satu panggilan video menghiasi
layar kaca.
“ Assalamualaikum. “ Ayla sedikit menjauhkan ponsel dari wajahnya.
“ Waalaikum salam, Ayla apa kabar? “ Sosok perempuan
bercadar sambil memangku seorang balita perempuan berumur 1 tahun terlihat
jelas dilayar ponsel.
“ Baik kok,Aisa. Kamu sendiri? “
“ Ya,baik,lah. Kamu kapan pulangnya? Jangan lupa main ke
pesantren,ya? Anakku udah kangen sama kamu. Sekalian di cariin umi sama abi.
“
“ Masyaallah. Zaina kangen sama tante,iya? Ututu gemesnya!! “ Ayla
tertawa saat dilihatnya Zaina, anak perempuan Aisa itu tertawa. “ Besok aku
pulang,Sa. Kamu mau aku bawain apa? “
“ Mochi asli jepang kayaknya enak. “
“ Siap! “ Jawab Ayla. “ Aisa…Mas Bhumi katanya disuruh kiai bawa
istrinya tinggal di pesantren,ya? “
“ Iya, makanya cepet pulang. Kita kangen berat,loh ini. “
“ Gak,ah! Nanti dikacangin lagi sama istri orang satu ini. “
“ Hahahahha!! “
Aisa tertawa mendengar ucapan Ayla. Memang benar ucapannya, Aisa si
gadis cantik itu sekarang sudah bercadar sesuai keinginannya dulu dan sekarang
dia sudah menjadi istri sejak umurnya 21 tahun. Obrolan mereka pun mengalir
seru. Setengah jam kemudian, panggilan berakhir. Ayla tersenyum memandangi
ponselnya. Dia membuka galerinya,bernostalgia dengan foto-foto dulu,saat
dirinya pergi ke tanah suci bersama Aisa, tepat dua bulan sebelum
pernikahannya.
Secepat itukah waktu berlalu? Ayla bahkan merindukan momen-momen
Ketika dia masih berada di lingkungan pesantren. Mengikuti setiap kegiatan yang
ada dan sekarang orang tersayangnya sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing.
Bhumi sudah menikah dengan pujaan hati,begitu pula dengan Aisa.
Tangan Ayla menangkup secangkir kopi guna mengalirkan hangat ke
telapak tangan dengan bibirnya yang tertarik membentuk senyuman tipis.
“ Assalamualaikum, “ Suara pria yang datang entar dari mana membuat
Ayla buyar dari pikirannya yang berkelana entah kemana.
Mata Ayla menatap sosok laki-laki berdiri agak jauh darinya. Mata
Ayla melebar seketika tatkala orang itu menatapnya sambil tersenyum dengan
kedua tangan dimasukkan ke dalam jas dingin berwarna abu-abu.
“ Wa-waalaikum salam. “ Ayla berdiri.
Ada degup jantung yang tiba-tiba berpacu cepat. Mereka membisu
dalam beberapa detik. Hanya memandang ke arah lain,menghindari bola mata yang
saling bertemu.
“ Kamu Ayla Hagia Sophia,kan? “ Ayla mengangguk canggung. “ Senang
rasanya bertemu kamu disini, Ayla. “
“ Alhamdulillah saya senang mendengarnya. Tapi…ada urusan apa gus
Fikra ke Jepang? “ Jantung Ayla semakin tak terkendali,pasalnya dia
dipertemukan oleh seseorang yang pernah mengisi hati.
“ Untuk bertemu kamu. “ Ayla terdiam beberapa saat mendengar alasan
yang tidak masuk akal dari Fikra. “ Sebenarnya saya ada urusan sebentar di sini
dan tidak sengaja bertemu dengan kamu. Jadi saya memutuskan untuk menghampiri
kamu. “
“ Maksud…gus Fikra? “
“ Ayla, apakah kamu sudah ada rencana,keinginan,atau bahkan mungkin
kesiapan untuk menikah? “
Bola mata Ayla bergerak kiri dan kanan. “ Ke-kenapa gus tanya
tentang itu ke saya? “
“ Kedatangan saya memang sangat tiba-tiba untuk kamu,Ayla. Tapi
tujuan saya disini ingin melamar kamu untuk menjadi pendamping hidup saya di
dunia atau pun di surganya allah. “
Ayla tersentak. Tak pernah terbayangkan olehnya akan ada laki-laki
yang datang melamarnya secepat ini secara langsung apalagi orang itu ada anak
dari kiai sendiri, tempat dimana dia menimba ilmu dulu. Mata Ayla perih
mendengarnya. Ya allah ya robbi. Apakah ini juga adalah salah satu dari
banyaknya kebahagiaan yang engkau beri? Kenapa tiba-tiba aku merindukan ayah
dan bunda ya allah?
“ Jadi Ayla, apakah kamu mengizinkan saya dan orang tua saya
bertemu walimu? “
Angin musim semi berhembus diantara mereka. Ayla mengaitkan jari jemarinya. Menahan berbagai rasa yang kini mengepung dadanya. Ayla hanya bisa diam. Perlahan, ia menjawabnya dengan sebuah anggukan.
TAMAT
Penulis : Ancala (Putri Nabila Santri kelas 6 KMI)
Putri Nabila |
0 Komentar